Terletak sekitar 500 m dari Masjid Agung Banten, di Kampung Pamarican terdapat Benteng Speelwijk. Bangunan ini adalah simbol kekuasaan kolonialisme Belanda, sekaligus penanda berakhirnya era kejayaan Kesultanan Banten. Benteng yang arsitektunya dirancang oleh Hendrick Loocaszoon Cardeel itu dibangun belanda pada masa pemerintahan Sultan Banten Abu Nasr Abdul Qohhar (1672-1684). Pembangunan Bennteng ini membutuhkan waktu 4 tahun, yakni 1681-1684.
Nama Speelwijk diambil untuk menghormati Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-14, yakni Cornelis Janszoon Speelman yang memerintah antara tahun 1681-1684. Speelman meminta izin kepada Sultan Qohhar membangun Benteng dangan alasan untuk mengantisipasi serangan rakyat Banten yang benci kepada Belanda. Terutama orang-orang Banten pengikut Sultan Agung Tirtayasa.
Benteng Speelwijk dibangun dengan tidak mengerahkan tenaga rakyat Banten, melainkan orang-orang Cina dengan upah yang sangat rendah. Dinding Benteng terbuat dari campuran batu, pasir dan kapur, berdiri tegak setinggi 3 meter. Dikelilingi parit selebar 10 meter, dengan maksud agar sulit ditembus musuh yang menyerang Benteng ini.
Kondisi Benteng Speelwijk saat ini sudah tidak utuh, dibeberapa bagian bahkan sudah rata dengan tanah. Tetapi masih tampak jelas sisa-sisa bangunan berupa rumah komandan, gereja, kamar senjata, kantor administrasi, toko kompeni dan amar dagang. Di atas dinding bagian utara dapat dilihat ruang ”intip” yang berfungsi sebagai tempat mengamati musuh bagi prajurit Belanda. Dibagian barat laut dan barat daya benteng terdapat bungker/ruang bawah tanah yang dihubungkan dengan lorong.
Kamis, 10 Desember 2009
Benteng Speelwijk
Label:
Banten,
Banten Lama,
Belanda,
Benteng Speelwijk,
Karang Hantu,
Sejarah Banten
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar