Sabtu, 12 Desember 2009

Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama (MS

Terletak di Banten Lama, kurang lebih 10 km utara kota Serang. Berjarak hanya 300 m dari Masjid Agung Banten. Berdiri di atas lahan seluas 10.000 meter persegi dengan luas bangunan mencapai 778 meter persegi, MSKBL diban-guan demi dua misi.

Pertama, tempat menyimpan benda cagar budaya bergerak (moveable artifact) hasil penelitian yang berasal dari situs Banten lama dan sekitarnya. Kedua, sebagai media atau sarana yang bersifat rekreatif ilmu pengetahuan dan sebagai sumber inspirasi.
Dilihat dari jenisnya, koleksi benda-benda sejarah didalam MSKBL bisa diklasifikasikan ke dalam lima kelompok.

Pertama, arke-ologika atau benda-benda yang mengandung nilai arkeologi, seperti arca Nandi, in.dimin, gerabah, atap, lesung batu dan lain sebagainya.

Kedua, numismatika, berupa koleksi mata uang, baik mata uang asing maupun mata uang yang dicetak oleh masyarakat Banten.-Mata uang yang pernah dipakai sebagai alat tukar yang sah dalam transaksi jual beli ketika itu adalah caxa/cash, mata uang VOC, mata uang Lnggris, tael dan mata uang Banten sendiri. Bahkan, di salah satu ruangan, masih tersimpan mesin pencetak uang Oridab (Oeang Republik Indonesia Daerah Banten), yang digunakan selama masa pergerakan kemerdekaan.

Ketiga, etnografika, berupa koleksi miniatur rumah adat suku Baduy, berbagai macam senjata tradisional, dan peninggalan kolonial seperti tombak, keris, golok, peluru meriam, pedang, pistol, dan meriam. Ada juga koleksi pakaian adat dari masa kesultanan Banten, kotak peti perhiasan dan alat-alat pertunjukkan kesenian debus.

Keempat, keramologika, berupa temuan-temuan keramik, baik itu keramik lokal maupun keramik asing. Keramik asing berasal dari Birma, Vietnam, Cina, Jepang, Timur Tengah, dan Eropa. Masing-masing keramik memiliki ciri-ciri khas sendiri. Keramik lokal lebih dikenal sebagai gerabah yang diproduksi dan berkembang di Banten. Gerabah tersebut biasa digunakan sebagai alat rumah tangga, bahan bangunan, serta wadah pelebur logam yang biasa disebut dengan istilah qowi.

Kelima, seni rupa, berupa hasil reproduksi lukisan atau sketsa yang menggambarkan aktivitas masyarakat di Banten masa itu. Di antaranya yang terkenal adalah lukisan peta yang menggambarkan posisi Kesultanan Banten pada abad ke-17. Terdapat pula reproduksi lukisan duta besar Kerajaan Banten untuk Kerajaan Inggris, yakni Kyai Ngabehi Naya Wirapraya dan Kyai Ngabehi Jaya Sedana yang berkunjung ke Inggris pada tahun 1682. Reproduksi kartografi Banten in European Perspective, lukisan-lukisan yang menggambarkan suasana di Tasikardi dan diorama latihan perang prajurit Banten.

Tentu saja, selain benda-benda bersejarah yang terdapat di bagian dalam museum, MSKBL masih menyimpan artefak di luar ruangan danjustru menjadi objek yang lebih populer di kalangan pengunjung. Yakni meriam Ki Amuk yang menempati lokasi di sudut kanan museum. Meriam yang berusia lebih dari empat ratus tahun itu beratnya mencapai tujuh, ton dan panjang sekitar 2,5 meter. Konon-karena belum ada penelitian ilmiahnya-Ki Amuk punya kembaran yang bernama Ki Jagur yang sekarang sekarang berada di Museum Fatahillah Jakarta.

Persis di depan Ki Amuk atau di samping kanan MSKBL, terdapat sebuah artefak bekas penggilingan lada yang terbuat dari batu padas yang sudah tak utuh lagi. Konon, mesin penggiling lada inilah yang menjadikan Banten sukses sebagai pengekspor ladat terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Aceh.

Sumber: (Muhtar I.T./"PR")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar